Rabu, 01 Desember 2021

This is my story 


Actually this is not a right way or the right flatform for me to tell everything I feel now. 


Semua berawal dari kisah saya bertemua dan kenal denga suami saya. 
Seingat saya, kami berkenalan di akhir tahun 2014 tepatnya sekitar awal November. Entah dia masih ingat atau tidak tepatnya kapan kami berkenalan dan bertemu. Pada saat itu saya memang sendiri dan selalu sendiri. Karena jujur saja saya belum pernah memiliki komitmen dengan seorang pria. Beberapa kali didekati pria tapi tidak pernah berujung kejelasan. Kebanyakan dari mereka hanya ingi kenal, berkomunikasi beberapa kali lalu hilang. Selalu seperti itu. 


Saya adalah pribadi yang kurang bisa bergaul. Teman perempuan yang dekat hanya beberapa dan tema pria tidak banyak. Saya terbiasa hanya berteman dengan perempuan. Berteman denga pria itu sulit untuk saya. Dulu saya selalu berkata dan bertanya mengapa tidak ada laki-laki yang mau mendekati saya. Banyak sekali petanyaan-pertanyaan dalam diri. Hingga usia saya menginjak 27 tahun tidak ada laki-laki yang serius untuk mendekati saya. Jadi boleh dikatakan saya belum pernah pacaran. Hal ini saya syukuri setelah saya menikah. Karena semua interaksi saya dengan pria adalah dengan suami saya sendiri yang sudah sah dan halal. Memegang tangan dengan laki-laki adalah ketika ijab sudah selesai. Ciuman pertama dengan suami saya. Berpelukan pertama dengan suami. Saya lakukan semua itu untuk pertama kali dengan suami saya. InsyaAllah alhamdulillah saya terhindar dari khalwat sebelum halal. 


Saya dikenalkan dengan suami oleh sahabat saya sejak kecil. Dia tahu bagaimana saya dan tau persis cerita kehidupan saya. Lalu kami dikenalkan. 
"saya punya teman Guru olahraga dipadalarang temannya Silvi, mau tidak kalau saya kenalkan?"
"terserah bu dian", jawab saya.
Jawaban itu saya lontarkan karena saya sudah pada tahap pasrah tidak mau memikirkan hal itu. 


Berkenalanlah kami, dihari itu kami langsung berkomunikasi. Ternyata dia tinggal di kebon kelapa, dimana dulu ketika SMP saya belajar bahasa Inggris dan ternyata rumahya hanya berbeda satu gang dengan tempat belajar saya. 

Sejak saat itu kami intens berkomunikasi. Jarang bertemu memang tapi sesekali datang ke rumah. Selama di tahun 2015 saya tidak banyak berharap. Terkadang galau dengan hubungan ini apakah dia serius dengan saya ataukah dia ini benar-benar serius untuk menjalani hubungan ini. Tapi selalu saya tepis karena rasa sayang saya padanya. 

Selama saya berhubungan, saya merasa antara ada dan tidak. Apakah dia ini menganggap punya hubungan serius atau tidak dengan saya???banyak lah pertanyaan di diri saya. 
Karena saya belum penah pacaran, selama berhubungan saya tidak pernah meminta apa pun seperti barang, meminta untuk main, meminta untuk makan dimana, meminta antar, meminta untuk dijemput, tidak pernah. Bertemu biasanya di rumah saya taua di rumah dia. 


Dari awal tahun 2016 saya mulai galau tingkat dewa. Saya sudah merasakan tidak nyaman, saya merasa dia seolah tidak ada. Saya merasa dia tidak pernah khawatir akan saya, saya bagaimana, saya seperti apa. Galau hanya saya simpan sendiri. 


Setelah menikah hingga sekarang penjelasan dia karena kerja mencari uang. Memang saya tahu itu tapi ya...itulah yang saya rasakan saya tidak dianggap ada, tidak diperhatikan. Saat saya tanya di selalu berkata kerja. 


Hingga pertengahan tahun 2016, saya sudah tidak sanggup, 
1. Sudah cape menunggu, karena tidak ada kejelasan tentang meminang. Waktu itu Teh ayu belum menikah
2. Sudah cape karena merasa dianggap tidak ada
3. Banyak sekali orang di luar yang beropini macam.macam

Opini ini membuat saya semakin panas. ada yang berkata dia ini dari awal juga memang tidak niat serius hanya ingin dekat-dekat saja. Ada juga yang berkata dia ini belum ada niat serius. Ada juga yang berkata dia ini sudah punya lagi yang lain diluar sana, dekat dekat beberapa perempuan selain saya. Dia ini belum teguh hatinya kepada saya, karena masih ksana kemari hatinya dengan beberapa perempuan. 

Hal ini membuat saya semalin oanas hati dan suudzon terus. Hingga akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Saya yang memutuskan. 


Berakhirlah hubungan saya namun rasa sayang tidak hilang,bayangan nya serasa ada terus di pelupuk mata ini. Pada masa setelah putus ini dia masih terus menghubungi saya. Meminta untuk bertemu. Meminta untuk kembali lagi. Namun saya teguh menolak. 


Hingga pada hari idul adha 2016, dia kembali menghubungi dan berkata akan ke rumah menemui orang tua saya dan memenita izin utnuk meminang saya. Dari hari itu kami menjalani penantian hingga hari pernikahan. Kami pun menikah pada 2 maret 2017. 

Dimasa setelah menikah, dia pernah bercerita bahwa dulu memiliki mantan pacar yang banya hingga pernah disebutkamnya satu persatu. Lalu saya pernah 1 waktu melihat facebook dia di per=ncarian banyak sekali pencarian nama-nama wanita. Saya buka satu persatu. 

Setelah menikah dia masih mencari tahu tentang mantan-mantanya dia lewat FB. Bahkan akhirnya saya tahu dia punya akun yang lain di facebook. Saya lihat riwayat staus suami dan wanita-wanita tersebut. KAhirnya pun saya tahu kapan mereka jadian, riwayat chat ataupun riwayat semua di facebook. 


Sampai akhirnya saya menemukan bukti bahwa memang benar, dari awal memang dia tidak hanya dekat dengan saya. Dia terbiasa ketika putus dengan pacrnya dia akan melancarkan pendekatan kepada banyak wanita. Ketika sudah dengan satu orang pun masih chat dengan mantan atauun dengan wanita lainnya. 

Boleh dibilang suami saya lihai dalam urusan chat atau ngobrol dengan perempuan. 
Saya ingat ketika pertama berkenalan dia bercerita kalau dia baru saja putus dengan pacarnya. Lalu saya juga menemukan di tahun 2014 ketika sudah enal dengan saya dia melancarkan pendekatan dengan wanita lain juga. Di tahun 2015 ketika saya sudah merasa kami punya kedekatan khusus taip dia menghunbungi mantannya dan ingin kebali lagi. Dia meminta untuk mantannya untuk menerima dia kembali. Saya kaget, panas, dan terbukti. Di tahun 2015 hingga 2016 sebelum dia menghitbah saya banyak riwayat chat di FB yang ya.... dia masih dengan dalih jual beli seprei tapi mengarah main ker umah wanita itu. Ini membuat saya kesal. 


Ketika di hari ulang taun saya tahun 2016, saya mengundangnya makan di rumah. Saya menemukan chat dia di WA dengan mantannya. "Hayu atuh kita ketemuan". "Ga mau ah kamu na ge udah mau nikah". Saya diam saja. Lalu 1 hari setelah menikah saya menemukan chat dia dengan orang yang sama (mantan pacarnya). Saya tanya ada pa dia menghubungi kamu. Dia menjawab pesen baju olah raga. Saya tidak menanggapi. Lalu di stu malam saya membaca chat di WA dia mamu memberikan bonus sebagai rasa terima kasih kepada mantannya itu. Suami saya mengajak makan bakso, si wanita menolak. Suami saya bertanya mau apa atuh. Si wanita tidak menjawab. Lalu suami saya berkata Atau mau ke lembang?? dengan ditambah emoticon senyum. Saya marah saat itu. Saya marah besar. tega-teganya dia berkata septi itu. Saya berfikir kenapa dia bisa berkata seprti itu karena dia terbiasa chat dengan perempuan itu genit dan yang modus-modus. Saat itu saya marah besar menangis. dan saya lupakan kejadian itu. 


Saya juga sempat menemukan dia pernah memberikan coment "cantik" terhadap foto yang dibagikan oleh salah satu mantan dia dengan menggunakan akun FB lainnya. 

Dan sampai hari ini dia masih ssering mencari tahu kabar tenyang mantan-mantannya tau beberapa wanita yang pernah dekat dengannya atau wanita yang dulu memang dia suka. 


Semalam saya berkata kepada suami saya tentang apa yang saya temukan selam ini, Rasa tidak suka saya. sudah saya ungkapkan. 

Dia dengan entengnya menjawab, iya kan itu cuma mencari tahu tidak berhubungan langsung atau bertemu. 


Saya masih sakit ditambah dengan perkataanya yang membuat saya sakit.

Sejak saya meneukan hal-hal ini membuat saya selalu tidak percaya diri dan merasa insecure. Mungkin saya kurang memuaskan matanya karena saya kurang bisa mempercantik diri. merawat diri saya sajasudah jarang apaligi setelah punya anak 2. 


Banyak hal yang hanya saya simpan dan pendam sendiri. Saya lebih banyak diam dan menurut. Supaya semua damai dan tentram. Saya jarang mengunkapkan kekecewaan saya rasa marah saya kepadanya. Cukup hanya saya simpan sendiri. 




kuat kuat wahai dri.


Saya sangat mencintai dan menyayangi suami dan anak-anak saya. 

hal ini hanya menjadi seuatu yang cukup tau saja. Tidak untuk apa-apa

This is my story  Actually this is not a right way or the right flatform for me to tell everything I feel now.  Semua berawal dari kisah say...