Rabu, 01 Desember 2021

This is my story 


Actually this is not a right way or the right flatform for me to tell everything I feel now. 


Semua berawal dari kisah saya bertemua dan kenal denga suami saya. 
Seingat saya, kami berkenalan di akhir tahun 2014 tepatnya sekitar awal November. Entah dia masih ingat atau tidak tepatnya kapan kami berkenalan dan bertemu. Pada saat itu saya memang sendiri dan selalu sendiri. Karena jujur saja saya belum pernah memiliki komitmen dengan seorang pria. Beberapa kali didekati pria tapi tidak pernah berujung kejelasan. Kebanyakan dari mereka hanya ingi kenal, berkomunikasi beberapa kali lalu hilang. Selalu seperti itu. 


Saya adalah pribadi yang kurang bisa bergaul. Teman perempuan yang dekat hanya beberapa dan tema pria tidak banyak. Saya terbiasa hanya berteman dengan perempuan. Berteman denga pria itu sulit untuk saya. Dulu saya selalu berkata dan bertanya mengapa tidak ada laki-laki yang mau mendekati saya. Banyak sekali petanyaan-pertanyaan dalam diri. Hingga usia saya menginjak 27 tahun tidak ada laki-laki yang serius untuk mendekati saya. Jadi boleh dikatakan saya belum pernah pacaran. Hal ini saya syukuri setelah saya menikah. Karena semua interaksi saya dengan pria adalah dengan suami saya sendiri yang sudah sah dan halal. Memegang tangan dengan laki-laki adalah ketika ijab sudah selesai. Ciuman pertama dengan suami saya. Berpelukan pertama dengan suami. Saya lakukan semua itu untuk pertama kali dengan suami saya. InsyaAllah alhamdulillah saya terhindar dari khalwat sebelum halal. 


Saya dikenalkan dengan suami oleh sahabat saya sejak kecil. Dia tahu bagaimana saya dan tau persis cerita kehidupan saya. Lalu kami dikenalkan. 
"saya punya teman Guru olahraga dipadalarang temannya Silvi, mau tidak kalau saya kenalkan?"
"terserah bu dian", jawab saya.
Jawaban itu saya lontarkan karena saya sudah pada tahap pasrah tidak mau memikirkan hal itu. 


Berkenalanlah kami, dihari itu kami langsung berkomunikasi. Ternyata dia tinggal di kebon kelapa, dimana dulu ketika SMP saya belajar bahasa Inggris dan ternyata rumahya hanya berbeda satu gang dengan tempat belajar saya. 

Sejak saat itu kami intens berkomunikasi. Jarang bertemu memang tapi sesekali datang ke rumah. Selama di tahun 2015 saya tidak banyak berharap. Terkadang galau dengan hubungan ini apakah dia serius dengan saya ataukah dia ini benar-benar serius untuk menjalani hubungan ini. Tapi selalu saya tepis karena rasa sayang saya padanya. 

Selama saya berhubungan, saya merasa antara ada dan tidak. Apakah dia ini menganggap punya hubungan serius atau tidak dengan saya???banyak lah pertanyaan di diri saya. 
Karena saya belum penah pacaran, selama berhubungan saya tidak pernah meminta apa pun seperti barang, meminta untuk main, meminta untuk makan dimana, meminta antar, meminta untuk dijemput, tidak pernah. Bertemu biasanya di rumah saya taua di rumah dia. 


Dari awal tahun 2016 saya mulai galau tingkat dewa. Saya sudah merasakan tidak nyaman, saya merasa dia seolah tidak ada. Saya merasa dia tidak pernah khawatir akan saya, saya bagaimana, saya seperti apa. Galau hanya saya simpan sendiri. 


Setelah menikah hingga sekarang penjelasan dia karena kerja mencari uang. Memang saya tahu itu tapi ya...itulah yang saya rasakan saya tidak dianggap ada, tidak diperhatikan. Saat saya tanya di selalu berkata kerja. 


Hingga pertengahan tahun 2016, saya sudah tidak sanggup, 
1. Sudah cape menunggu, karena tidak ada kejelasan tentang meminang. Waktu itu Teh ayu belum menikah
2. Sudah cape karena merasa dianggap tidak ada
3. Banyak sekali orang di luar yang beropini macam.macam

Opini ini membuat saya semakin panas. ada yang berkata dia ini dari awal juga memang tidak niat serius hanya ingin dekat-dekat saja. Ada juga yang berkata dia ini belum ada niat serius. Ada juga yang berkata dia ini sudah punya lagi yang lain diluar sana, dekat dekat beberapa perempuan selain saya. Dia ini belum teguh hatinya kepada saya, karena masih ksana kemari hatinya dengan beberapa perempuan. 

Hal ini membuat saya semalin oanas hati dan suudzon terus. Hingga akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Saya yang memutuskan. 


Berakhirlah hubungan saya namun rasa sayang tidak hilang,bayangan nya serasa ada terus di pelupuk mata ini. Pada masa setelah putus ini dia masih terus menghubungi saya. Meminta untuk bertemu. Meminta untuk kembali lagi. Namun saya teguh menolak. 


Hingga pada hari idul adha 2016, dia kembali menghubungi dan berkata akan ke rumah menemui orang tua saya dan memenita izin utnuk meminang saya. Dari hari itu kami menjalani penantian hingga hari pernikahan. Kami pun menikah pada 2 maret 2017. 

Dimasa setelah menikah, dia pernah bercerita bahwa dulu memiliki mantan pacar yang banya hingga pernah disebutkamnya satu persatu. Lalu saya pernah 1 waktu melihat facebook dia di per=ncarian banyak sekali pencarian nama-nama wanita. Saya buka satu persatu. 

Setelah menikah dia masih mencari tahu tentang mantan-mantanya dia lewat FB. Bahkan akhirnya saya tahu dia punya akun yang lain di facebook. Saya lihat riwayat staus suami dan wanita-wanita tersebut. KAhirnya pun saya tahu kapan mereka jadian, riwayat chat ataupun riwayat semua di facebook. 


Sampai akhirnya saya menemukan bukti bahwa memang benar, dari awal memang dia tidak hanya dekat dengan saya. Dia terbiasa ketika putus dengan pacrnya dia akan melancarkan pendekatan kepada banyak wanita. Ketika sudah dengan satu orang pun masih chat dengan mantan atauun dengan wanita lainnya. 

Boleh dibilang suami saya lihai dalam urusan chat atau ngobrol dengan perempuan. 
Saya ingat ketika pertama berkenalan dia bercerita kalau dia baru saja putus dengan pacarnya. Lalu saya juga menemukan di tahun 2014 ketika sudah enal dengan saya dia melancarkan pendekatan dengan wanita lain juga. Di tahun 2015 ketika saya sudah merasa kami punya kedekatan khusus taip dia menghunbungi mantannya dan ingin kebali lagi. Dia meminta untuk mantannya untuk menerima dia kembali. Saya kaget, panas, dan terbukti. Di tahun 2015 hingga 2016 sebelum dia menghitbah saya banyak riwayat chat di FB yang ya.... dia masih dengan dalih jual beli seprei tapi mengarah main ker umah wanita itu. Ini membuat saya kesal. 


Ketika di hari ulang taun saya tahun 2016, saya mengundangnya makan di rumah. Saya menemukan chat dia di WA dengan mantannya. "Hayu atuh kita ketemuan". "Ga mau ah kamu na ge udah mau nikah". Saya diam saja. Lalu 1 hari setelah menikah saya menemukan chat dia dengan orang yang sama (mantan pacarnya). Saya tanya ada pa dia menghubungi kamu. Dia menjawab pesen baju olah raga. Saya tidak menanggapi. Lalu di stu malam saya membaca chat di WA dia mamu memberikan bonus sebagai rasa terima kasih kepada mantannya itu. Suami saya mengajak makan bakso, si wanita menolak. Suami saya bertanya mau apa atuh. Si wanita tidak menjawab. Lalu suami saya berkata Atau mau ke lembang?? dengan ditambah emoticon senyum. Saya marah saat itu. Saya marah besar. tega-teganya dia berkata septi itu. Saya berfikir kenapa dia bisa berkata seprti itu karena dia terbiasa chat dengan perempuan itu genit dan yang modus-modus. Saat itu saya marah besar menangis. dan saya lupakan kejadian itu. 


Saya juga sempat menemukan dia pernah memberikan coment "cantik" terhadap foto yang dibagikan oleh salah satu mantan dia dengan menggunakan akun FB lainnya. 

Dan sampai hari ini dia masih ssering mencari tahu kabar tenyang mantan-mantannya tau beberapa wanita yang pernah dekat dengannya atau wanita yang dulu memang dia suka. 


Semalam saya berkata kepada suami saya tentang apa yang saya temukan selam ini, Rasa tidak suka saya. sudah saya ungkapkan. 

Dia dengan entengnya menjawab, iya kan itu cuma mencari tahu tidak berhubungan langsung atau bertemu. 


Saya masih sakit ditambah dengan perkataanya yang membuat saya sakit.

Sejak saya meneukan hal-hal ini membuat saya selalu tidak percaya diri dan merasa insecure. Mungkin saya kurang memuaskan matanya karena saya kurang bisa mempercantik diri. merawat diri saya sajasudah jarang apaligi setelah punya anak 2. 


Banyak hal yang hanya saya simpan dan pendam sendiri. Saya lebih banyak diam dan menurut. Supaya semua damai dan tentram. Saya jarang mengunkapkan kekecewaan saya rasa marah saya kepadanya. Cukup hanya saya simpan sendiri. 




kuat kuat wahai dri.


Saya sangat mencintai dan menyayangi suami dan anak-anak saya. 

hal ini hanya menjadi seuatu yang cukup tau saja. Tidak untuk apa-apa

Kamis, 09 Januari 2020

Hilang

Hilang
Tak terganti

Kehilangan pijakan
Kehilangan genggaman
Kehilangan tumpuan
Kehilangan semangat
Kehilangan Motivasiku mendapatkan segalanya

Tak ada yang bisa kujadikan tempat berlindung
Tak ada yang bisa kujadikan tempat mencurahkan segalanya
Tak ada yang bisa memahamiku tanpaku harus menjelaskan

Tak ada yang menanyakan kabarku
Tak ada yang menanyakanku sedang apa
Tak ada ................................

Jumat, 16 Maret 2018

Untitled

Apakah hidupku se-drama itu, apakah semuanya aku yang rencanakan agar lebih buruk, apakah saya yang menjadi penyebab dari setiap situasi yang bertambah buruk, apakah benar-benar Disi ini tidak menginginkan keturunan, apakah semua kesalahan selalu terletak pada dirinya saya, apakah setiap kesalahan keburukan kejelekan yang terjadi selama setahun ini saya penyebabnya, apakah saya selalu salah, mengapa saya selalu salah,

Saya = buruk
Saya = salah
Saya = drama

Haruskah menyerah?

Apakah salah aku yang selalu ingin pergi dan meninggalkan semuanya. Mati mati mati. Pergi pergi pergi. Selalu saja kata-kata itu yang selalu terlintas dipikiran. Mungkin sebaiknya aku pergi jauh sekali tanpa ada satupun yang tahu dan tak kembali.

Rasa tidak kuat akan semuanya.
Tak kuat menghadapi dan menerimanya.

Mungkinkah ini yang dinamakan menyerah.

Jumat, 15 April 2016

Entah

Berjalan terus
Melangkah terus
Entah mau kemana
Seperti tak ada tuju
Waktu berjalan
Semakin pendek sisa waktu
Terus berjalan tanpa tujuan
Entah mau kemana
Entah akan sampai atau tidak
Cape
Lelah
Melangkah
Tak bertujuan
Terus berjalan tapi tak tahu akan sampai pada tujuan atau tidak

Kamis, 18 Februari 2016

What should Ido???
Semakin hari semakin sedih dan hopeless dengan apa yang dialami.
Kenapa...kenapa....kenapa.....
Setiap hari yang didengar dari orang lain topiknya sama, terus saya harus gimana?????????????
terus saya harus gimana??????????

berusaha tegar berusaha kuat tapi saya juga manusia biasa yang ada bosannya ditanya dengan pertanyaan yang sama, saya juga manusia yang jemu dengan topik yang sama.

Saya terlalu santai
saya terlalu pilih pilih
saya kurang agresif
saya kurang tegar
saya kurang ini...
saya kurang itu....

Ya Allah neng sudah jemu dengernya

Saya mau santai menjalani ini
setiap manusia itu diciptakan dengan jalan hidupnya sendiri,,
saya dengan nasib saya,
saya berusaha untuk menerima ini
terus bersyukur dengan apa yang sudah saya dapatkan, tapi orang lain selalu mengusik ketenangan dan rasa nyaman itu dengan komentar atau pembicaraan yang melulu topiknya itu-itu saja

saya harus bagaimana
saya harus melakukan apa

ya Allah rengkuh terus diri hamba, kuatkan hamba
berilah yang terbaik
berikan kesabaran dan ketegaran yang luas dan lapang sehingga saya bisa menjalani ini dengan hati ikhlas,
berikanlah kekuatan agar saya bisa tegar menjalani ini semua

inallah maana...

Rabu, 10 Juni 2015

Saya bisa....
ya...itu frase yang cocok untuk saya sekarang.
Saya bisa tanpa orang lain, tanpa harus menyusahkan siapa pun dan tanpa bantuan orang lain. Saya bisa melakukan semuanya sendiri tanpa harus merengek meminta bantuan dari siapa pun. Ini yang selalu saya terapkan ke diri sendiri, lakukan segala sesuatu sendiri. jadi selagi masih bisa dikerjakan sendiri, dipecahkan sendiri, diselesaikan sendiri tidak usah minta bantuan oranglain.
Jujur saya masih bergantung pada beberapa orang, namun selalu saya minimalisisr semua itu. Rasanya ingin sekali segera memulai sesuatu yang baru, dipikiran saya sekarang mungkin dengan memulai sesuatu yang baru dapat mengubah smuanya. Tapi dengan sesuatu yang baru tersebut bukan berarti saya akan menggantungkan segala sesuatu pada hal yang baru itu.
Cuma ini yang bisa saya lakukan, terbiasanya semuanya sendiri, simpan semua sendiri, handle semua sendiri, walalupun itu harus penuh peluh dan air mata tapi saya kuat mengahdapi semuanya.
saya bisa...........
Ya Allah segeralah satukan kami dalam sebuah mahligai yang dapat menentramkan kami satu sama lain sehingga kami bisa menyempurnakan separuh agama kami.
Amin..............

Kamis, 04 Juni 2015

Haruskah menyerah???
Haruskah menyalahkan keadaan??
Sepagi ini sudah rempong dengan pikiran yang berseliweran di kepala.
Jawaban atas doa memang tidak selalu datang secepat seperti harapan kita, tapi Allah mempunyai cara untuk memberi jawaban atas doa kita. Menyalahkan diri sendiri, menyalahkan keadaan, apakah perlu itu dilakukan????
Kalau terus bertanya "kenapa" dan "mengapa" tidak akan ada habisnya. 
Belum bisa memberikan yang terbaik untuk orang-orang di sekitar, orang tua, keluarga, teman........
Ahhhhh..............................
Ampuni ya Allah jiga celotehan pagi ini seperti mengeluh pada keadaan.
I've to be stronger, strong women.............
Semoga Allah selalu melimpahkan berjuta perlindungan untuk orang-orang di sekitar.
Amin.............

Rabu, 27 Mei 2015

Strong

Kalau mendengar kata "strong" suka jadi inget sama lagunya Josh Groban yang judulnya "You rise me up". 
When I am downAnd, oh my soul, so wearyWhen troubles come,And my heart burdened beThen, I am stillAnd wait here in the silenceUntil you comeAnd sit awhile with me
(Chorus)You raise me upSo I can stand on mountainsYou raise me upTo walk on stormy seasI am strongWhen I am on your shouldersYou raise me upTo more than I can be

"when I am on your shoulders", whom shoulders????????

Kali ini edisinya lagi agak down, ahh......perempuan terkadang suka ga jelas perasaan. Apa hal ini cuma saya saja yang mengalami??. Hati ga jelas, ga tentu, ga tenang, pengennya marah-marah terus, gampang tersinggung, pokonya serba nggak jelas. Kalau sedang seperti ini inginnya "crying to shoulder on" tapi shoulder siapa????

Orang yang punya sifat seperti saya, yang terkadang introvertnya sedang aktif-aktifnya, suka jadi bingung sendiri. Ingin bercerita atau semacam curhat malah jadi bingung sendiri harus cerita ke siapa tapi ketika sudah ada yang bersedia dan siap mendengarkan malah saya nya yang nggak bisa berkata-kata, (tetep aja bingung gimana ngomongnya),,ahhh............benar-benar aneh saya ini. 

Akhirnya yang terjadi semua ditelan sendiri dan dibiarkan berlalu begitu saja. 
terkadang saya juga bingung sendiri kenapa saya terbentuk menjadi pribadi yang setengah introvert setengah ekstrovert. Lingkungan dan kebiasaan menjadi salah satu faktor utama mungkin. Saya anak pertama dari 3 bersaudara yang usianya cukup jauh dengan kedua adik, ditambah dengan jarang bergaul dengan lingkungan sekitar, terbiasa hanya mengurusi kepentingan sendiri, jadilah saya menjadi pribadi yang seperti ini. 

"Yah...sudahlah"
"Wios we lah kumaha engke"
"Atos ahhh....pusing"

Kalimat-kalimat seperti itu yang sering keluar ketika menghadapi berbagai hal. 
Sebenarnya saya sendiri sadar sifat seperti ini kurang baik. Semua hal disimpen sendiri, kalau jaman sekolah masih bisa nulis diary tapi sekarang udah males nulisnya. Mungkin sifat seperti ini salah satunya terbentuk karena pernah mengalami satu hal yang membuat saya jadi trauma untuk bercerita kepada orang lain. Membuat saya kurang percaya bercerita pada orang lain, takut orang malah menanggapinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dan yang paling ekstreme adalah saya malah berbalik merasa tertohok karena curhatan saya sendiri. Itu membuat saya merasa trauma untuk bercerita atau berkeluh kesah pada orang lain. 

Satu tempat yang benar-benar membuat saya nyaman karena bisa menumpahkan segala macam isi di hati tanpa saya takut akan merasa kecewa ataupun trauma. 




Semoga Allah selalu memberikan ketenangan hati, kelapangan jiwa, dan ketentraman hati. Setiap masalah pasti ada solusinya tinggal bagaimana kita berusaha untuk menemukan solusi itu. 
Allah ingin melihat saya lebih bersabar, jadi bersabarlah....
Inallaha maana.....la tahzan



Senin, 27 April 2015

Review Buku "Penanaman Akhlak dengan Cerita"

Hari ini mau sedikit review buku yang sudah dua hari ini dibaca. Judul bukunya "Penanaman Akhlak dengan Cerita", pengarangnya Asep Dadang dan Siti Rohaeti terbitan Globalindo Universal Multikreasi. 
Sedikit bercerita, akhir-akhir ini sedang kangen dengan masa dimana masih bisa mencari buku di gramedia, palasari, atau ke toko buku yang lainnya. Ghirah untuk baca sedang muncul jadi pengen baca terus, walaupun harus memaksakan diri untuk meluangkan waktu ataupun mencuri waktu disela semua pekerjaan yang harus dilakukan. Malah beberapa waktu yang lalu punya niat untuk ke Perpustakaan Umum Daerah, tapi sayangnya masih belum ada waktu yang pas untuk bepergian. 

Namun, akhirnya punya solusi yang yang menyenangkan, apakah itu???????????????????
Di sekolah tempat saya ngajar itu ada Pusat Sumber Belajar (atau kami singkat PSB). Disana banyak banget buku yang lumayan recomended untuk dibaca  akhirnya memutuskan untuk baca buku-buku dari PSB saja, walapun lebih banyak koleksi buku non-fiksi dari pada fiksi tapi tak apa yang penting masih bisa menyalurkan hasrat untuk baca. 

Buku yang pertama menarik perhatian adalah buku bersampul hijau dan kuning (harus diceritain juga ini teh warna sampulnya,hehe........). Jadi ceritanya saya masih merasa miskin ilmu temtang cara mendidik anak karena mau atau tidak harus persiapan ilmu mendidik anak sendiri, walaupun saya guru tapi tetap saja mendidik anak sendiri akan sangat berbeda dengan mendidik dan mengajari anak orang lain.

Setelah dibaca, buku ini cukup menarik karena berisikan informasi tentang pentingnya menanamkan akhlak yang baik pada anak. Mungkin jika mendengar kata akhlak kita cendenrung berfikir pada ranah hakiki atau agama, namun akhlak ini mencakup pada semua aspek kehidupan.

Lalu timbul pertanyaan, "Mengapa orang tua harus menanamkan akhlak kepada anak?"
Jawabannya banyak versi tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Anak adalah aset dunia dan akhirat bagi orang tua. Seorang anak akan menjadi pribadi yang berakhlak baik atau buruk tergantung dari cara orang tua mendidiknya.

  • Anak akan menjadi pribadi penyayang jika orang tua mendidiknya dengan kasih sayang
  • Anak akan menjadi pribadi pemarah, jika oran tua mendidiknya dengan kemarahan
  • Anak akan menjadinpribadi pendendam, jika oran tua mendidiknya dengan cara dikerasi
  • Anak akan menjadi orang yang suka memeukul, jika orang tua mendidiknya dengan cara dipukul
  • Anak akan menjadi pribadi yang santun, penyayang, dan berakhlakkul karimah jika orang tuanya mendidik dengan cara santun, penuh kasih sayang dan kelemah lembutan
Disadari atau tidak begitulah anak akan terbentuk. Jadi menjadi tugas berat orang tua untuk memilih formulasi yang tepat untuk mendidik anak. 

Kembali pada topik penanaman akhlak pada anak. Dalam buku ini dijelaskan bahwa menanamkan akhlak pada anak bisa dilakukan dengan bercerita. Cerita yang diberikan pada anak bisa bermacam-macam, namun yang harus diperhatikan adalah konten dari cerita tersebut haruslah mengandung teladan untuk anak. Dengan cerita anak diajak membayangkan atau ikut masuk ke dalam cerita tersebut, tentunya ini akan lebih membekas di pikiran mereka. Hal ini memang benar karena cara mendidik anak yang paling utama kepada anak adalah dengan memberikan teladan atau contoh. 

Ada beberapa ungkapan yang ada di kalangan orang tua, 
"mana mungkin anaknya rajin sholat kalau oran tuanya tidak rajin sholat"
"mana mungkin anak rajin mengaji jika orang tuanya tidak senang mengaji"
'mana mungkin anak akan senang membaca jika orang tuanya pun tidak gemar membaca"
mana mungkin anak berakhlak baik jika orang tua pun tidak berprilaku, bertutur kata, dan berakhlak baik"

Beberapa ungkapan di atas memang benar adanya, anak akan menjadi pribadi seperti layaknya orang tua. Ahhh......hal ini membuat saya jadi merasa sangat miskin ilmu dan miskin kemampuan, lalu timbul berbagai pertanyaan dalam pikiran saya, bisakah saya???mampukah saya??? -_-

Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa mendidik anak sebaiknya dengan cara lemah lembut dan penuh kasih sayang. Orang tua hendaknya bertutur kata halus kepada anak. Pilihkan kalimat-kalimat yang positif ketika berbicara kepada anak. Begitupun ketika anak melakukan kesalahan. Orang tua berhak marah kepada anak tapi haruslah pintar memilih cara marah dan ucapan kepada anak. Marahlah dengan santun yang tidak menghakimi anak sehingga anak tidak merasa tersudut karena kesalahannya. Pilihlah kalimat-kalimat yang lebih positif sehingga anak menyadari kesalahnya, tahu bahwa perbuatan yang dilakukkanya salah dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. 

Sungguh isi buku ini membuat saya merenung panjang tentang cara mendidik anak. Saya akan menjadi seorang ibu. Ada sebuah hadist yang menjelaskan "Al ummu madrosatun Ulla Ibu adalah sekolah pertama bagi anak". Sudah siapkah saya????sudah sebanyak apa ilmu saya untuk diajarkan kepada anak saya nanti???. Semoga Allah selalu mengingatkan saya agar terus memperbaiki diri dan memperbanyak ilmu, Amin......

Kurang lebih itulah isi dari buku yang terkahir saya baca, mudah-mudahan akan bermanfaat khususnya untuk saya sendiri. Ada buku lain yang sedang saya baca sekarang, semoga setelah selesai bisa sedikit review lagi. 


Rabu, 15 April 2015

Menulis lagi

Holla.............
Senangnya bisa posting lagi setelah sekian lama aku menunggu (kayak lagu yah......hehehe), tidak ada yang ditunggu juga sepertinya hanya saja agak malas untuk meluangkan waktu untuk sedikit ketik mengetik. 

Wahhhh....sedang banyak ide di kepala ini sampai bingung mau nulis apa. Sebenarnya nulis seperti ini jadi hobi ketika masih sekolah dulu, tapi sekarang karena alasan kesibukan jadi agak males-malesan. Saya sadar sihhh......kalau punya potensi di bidang ini tapi masih terlalu banyak kata "TAPI" di otak dan di mulut, alhasil ya beginilah bakat kalah oleh rasa males yang menggunung.......(lebay sikit lah....).

Dari sejak terakhir posting di Blog banyak banget yang dialami. Pengen banget langsung ditumpahkan disini, mulai dari seneng, sedih, kecewa, marah, dan kawan-kawannya. Contohnya ketika Mamah terkena serangan Stroke ringan yang membuat kami sekeluarga panik bukan main, sampai akhirnya saya jarang melakukan kegiatan ataupun hal-hal yang biasa dilakukan sebelumnya. Hal utama adalah mengawasi dan mengurus Mamah, peran mamah saya gantikan. Hampir semua hal menyangkut rumah tangga saya yang handle Kegiatan saya hanya kerja dan rumah, pulang dari ngajar langsung ke rumah. Memang sesekali saja melakukan kegiatan yang sebelumnya biasa dilakukan tapi frekuensinya semakin jarang. 

Tapi sekarang Mamah sudah lumayan sehat jadi bisa lebih leluasa bepergian termasuk menulis lagi di blog (ahhh.......senangnya ^_^). 

Senang, sedih, kecewa, gagal, marah sudah dilewati termasuk 1 hal yang penting, yaitu ketemu orang baru (hahahahaha.....penting ya...untuk dibahas disini). 
Segala sesuatu memang berawal dari niat dan tekad supaya tetap istiqomah dan mudah-mudahan bisa keep this spirit. 

HARUS LEBIH BANYAK BACA SUPAYA NGGAK KUPER LAGI DAN KETINGGALAN INFORMASI. 
HARUS LEBIH SERING NULIS SUPAYA POTENSINYA BISA BERKEMBANG DAN TIDAK KUULEUN (Bahasa saya ko aneh begini yah............).

Baiklah starting tomorrow I'll posting regularly, Hopefully..................... ^_^


This is my story  Actually this is not a right way or the right flatform for me to tell everything I feel now.  Semua berawal dari kisah say...